Admin

QA

Strategi Testing : Meningkatkan Kualitas Product dengan Efisiensi Testing

16 Juli 2025 4 min read 0 Komentar

Pendahuluan: Kualitas Software menjadi kunci meningkatkan kepercayaan user.

Di era digital seperti saat ini, sebuah sistem / software bukan hanya penunjang bisnis, juga menjadi inti dari pengalaman pelanggan, penggerak inovasi, dan penentu daya saing. Sebuah bug kecil bisa merusak reputasi yang telah dibangun, mengganggu operasional, dan bahkan menyebabkan kerugian finansial masif.

Menurut IBM Systems Sciences Institute, biaya untuk memperbaiki bug setelah rilis bisa 6x lebih mahal dibandingkan jika ditemukan di tahap pengembangan. Bahkan, studi dari CISQ (2023) mencatat bahwa kesalahan perangkat lunak di AS menyebabkan kerugian lebih dari $2 triliun per tahun.

Di tengah kompleksitas sistem dan tekanan time-to-market yang makin tinggi, peran QA Engineer kini tak lagi sebatas “pencari bug”. QA adalah penjaga kualitas dan mitra strategis dalam membangun produk yang tangguh dan memikat pengguna.

Konsep Piramida Testing

Bayangkan Anda membangun rumah. Anda tentu tak langsung mengecat dinding sebelum memastikan fondasinya kokoh. Begitu pula dalam pengujian perangkat lunak. Piramida pengujian adalah pendekatan strategis yang memprioritaskan pengujian dari bawah (unit) ke atas (end-to-end), memastikan kualitas dibangun sejak awal.

1. Unit Testing

Unit test memverifikasi fungsi terkecil dalam kode (seperti fungsi atau metode) secara terisolasi, peran ini biasa akan diambil oleh developer namun sebagai QA yang baik kita tentu wajib mengetahui dan memastikan unit test yang telah dibuat tersebut berjalan dengan baik dan sesuai standard dari suatu project.

  • Kapan digunakan? Saat validasi logika bisnis dan edge case.
  • Manfaat: Cepat, akurat, dan mempermudah refactor.
  • Contoh: Menguji fungsi validasi email.

note: Untuk testing biasanya QA tidak berperan langsung, namun terkadang kita harus memberikan masukan untuk unit testing untuk menghindari Bug berulang.

Integration Testing

Integration test memastikan bahwa komponen yang sudah benar secara unit dapat bekerja sama.

  • Kapan digunakan? Saat modul atau API saling bergantung.
  • Manfaat: Menemukan bug akibat kesalahan integrasi.
  • Contoh: Menguji modul login yang memanggil database dan sistem token.

note: Sebelum memulai testing suatu fitur hendaknya seorang QA mengetahui fitur tersebut telah melalui unit testing untuk memastikan normal flow dapat berjalan untuk menghindari bloking saat testing.

3. End-to-End Testing

E2E test meniru interaksi pengguna dengan aplikasi secara menyeluruh.

  • Kapan digunakan? Untuk fitur utama (happy path / normal flow) dan regresi kritikal.
  • Manfaat: Validasi sistem secara utuh.
  • Contoh: Simulasi pengguna mendaftar, login, dan melakukan pembelian.

note: Dalam tahap ini kita hendaknya berorientasi ke user, jadi tidak hanya memastikan fiturnya berfungsi namun juga fitur tersebut dapat membantu user

📊 Strategi Alokasi: Efisiensi Maksimal

Jenis TestJumlah IdealKecepatanBiaya Perawatan
UnitBanyakSangat cepatRendah
IntegrationSedangSedangSedang
End-to-EndSedikitLambatTinggi

Dengan memprioritaskan unit dan integration test, tim QA dapat menciptakan test suite yang efisien, cepat dijalankan, dan mudah dipelihara.

Automate Testing – Membangun Test Suite yang Cepat, Akurat, dan Fleksibel

Mengapa Otomatisasi adalah Keharusan?

Seiring dengan meningkatnya frekuensi rilis (CI/CD), mengandalkan pengujian manual saja bukan hanya tidak efisien, tetapi juga rawan kesalahan. Otomatisasi memungkinkan regresi cepat, validasi berulang, dan deteksi bug lebih awal.

📈 Menurut State of Testing Report 2024, perusahaan dengan coverage test automation ≥70% mengalami penurunan bug post-release hingga 52%.

Apa yang Harus Diotomasi?

Cocok untuk OtomatisasiTidak Cocok untuk Otomatisasi
Regression testExploratory test
API testingUI dengan desain belum stabil
Load testingPengujian berbasis emosi

Praktik Terbaik dalam Test Automation:

  1. Gunakan Page Object Pattern (untuk UI)
  2. Prioritaskan stabilitas test daripada coverage
  3. Integrasikan ke pipeline CI/CD
  4. Tulis test seperti dokumentasi: jelas & terstruktur

Alat Populer dan Pertimbangannya:

ToolTipeKelebihan
PlaywrightUI, APIModern, cepat, multi-browser
Postman/NewmanAPIIdeal untuk regression API
JestUnitRingan dan fleksibel untuk JS
K6Load testingMudah digunakan & scalable

💡 Tips QA Proaktif: Jangan hanya “mengejar 100% test coverage”. Fokuslah pada test high value yang melindungi core bisnis.

Performance and Reliability Testing

Pengguna tak peduli seberapa indah UI Anda jika aplikasi lambat atau crash di saat penting. Maka, pengujian kinerja (performance testing) adalah bagian kritikal dari strategi QA modern.

JenisTujuan
Load TestCek respons aplikasi saat beban normal hingga maksimum
Stress TestUji daya tahan saat trafik ekstrem
Spike TestUji kemampuan menangani lonjakan mendadak
Endurance TestCek stabilitas dalam waktu panjang
Volume TestUji kinerja dengan data besar

Metrik Kunci:

  • Response Time
  • Throughput
  • CPU/Memory Usage
  • Error Rate

Pengaruh terhadap User Experience

Google menemukan bahwa 53% pengguna mobile meninggalkan website jika loading >3 detik. (Google Research)

Dengan hasil performance test yang baik, tim bisa mengoptimalkan:

  • Query database
  • Penggunaan cache
  • Arsitektur backend
  • Load balancer & server scaling

Penutup:

Strategi pengujian bukan sekadar rutinitas teknis, melainkan investasi jangka panjang yang menentukan kepercayaan pengguna, loyalitas pelanggan, dan keberlangsungan bisnis. QA Engineer bukan hanya guardian, tetapi game-changer yang membawa budaya kualitas ke setiap tahap pengembangan.

Tantangan ke depan seperti AI Testing, TestOps, dan observability-driven QA akan membuka peluang baru, asal kita siap dengan mindset proaktif dan strategi pengujian yang adaptif.

0 Komentar

Tambahkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Math Captcha
× eight = sixteen


Belum ada komentar.